Senin, 21 Januari 2013

Suami Dominan, Istri Tak Berperan


Anda & Pria 
Suami Dominan, Istri Tak Berperan



Femina Anda & Pria
Berbagi peran, salah satu hal yang sering diributkan dalam kehidupan rumah tangga. Biasanya, suami enggan berperan dalam urusan rumah tangga, sehingga semua ditanggung istri hingga kelelahan.

Namun, bagaimana jika yang terjadi sebaliknya? Suami mengambil semua peran dalam keluarga. Bukan hanya sebagai pencari  nafkah utama, ia pun ikut mengatur segala hal. Sehingga, Anda seperti burung dalam sangkar emas. Serba berkecukupan, tapi tak pernah dapat kesempatan membuat keputusan.

Tidak ada api kalau tanpa asap. Istri tidak akan tiba-tiba mengajukan cerai, jika bukan karena ia memendam persoalan yang tidak terselesaikan. Hal ini diperparah lagi oleh ketidakpekaan suami terhadap persoalan yang muncul. Bisa jadi tadinya bermula dari persoalan sepele, tetapi karena terus mengakumulasi, akhirnya seperti bom waktu, yang bisa meledak setiap saat.

Idealnya, suami-istri saling memahami dan mengerti posisi dan peran satu sama lain. Tetapi, hal ini hanya bisa terwujud lewat jalinan komunikasi yang baik dan posisi seimbang. Ketika salah satu pihak merasa tak dianggap, dalam hal ini adalah istri, berarti ada yang salah dalam pembagian peran di rumah tangga.

Namun, saling menyalahkan bukanlah jalan keluarnya. Seperti dalam kasus istri yang merasa tak memiliki peranan, tak melulu karena suami tak menganggap kehadiran istrinya. Bisa jadi maksud suami sebenarnya baik, seperti ingin memanjakan dan memudahkan pasangan. Sehingga, banyak peran yang seharusnya dibagi, tapi semuanya ditangani atau sebagian besar dipegang suami. Meski, suami ‘baik hati’, mestinya jangan sampai kebablasan. Artinya, berdalih melindungi istri, tapi sebetulnya ia ingin mengambil alih semua peran, terutama peran memutuskan. Dan, sebenarnya juga menganggap istrinya tidak kompeten.

Tentang pembagian peran suami-istri memang tidak ada rumusan baku. Pembagian peran ini bersifat fleksibel, tergantung kesepakatan suami-istri. Namun, idealnya, pembagian peran itu harus setara, baik untuk soal mencari nafkah bagi keluarga maupun peran-peran domestik. Mulai dari pengasuhan anak, pemenuhan kebutuhan sehari-hari, dan sebagainya. Masing-masing pihak harusnya berupaya agar peran ini tidak berat sebelah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar