Rabu, 30 Januari 2013

Sudah Janda Sebelum Menikah

Sudah Janda Sebelum Menikah

Hidup ini terasa lebih indah daripada biasanya ketika sedang jatuh cinta. Betapa tidak, hari-hari akan dipenuhi tawa karna sms dari dia, akan selalu bergembira karna rayuan gombalnya, dan jadi sering berkhayal karna janji-janjinya. Luar biasa hebat bahaya jatuh cinta. Sampai-sampai banyak lagu tercipta tentang indahnya jatuh cinta, dan serba-serbi berita tentang asmara sangat diminati masyarakat.

Yang menjadi menarik adalah jatuh cinta itu sudah dimulai sejak usia ABG usia SMP yang baru masa peralihan dari anak-anak ke remaja, jatuh cinta masa ini disebut cinta monyet. Dari namanya saja sudah enggak serius itu artinya adalah jatuh cinta main-main bisa dikatakan belajar tentang cinta. Anak yang duduk dibangku Sekolah Dasar juga sudah mengenal kata pacaran, ngefans dan sudah terlihat indikasi menyukasi lain jenis. Namun yang menjadi perhatian, sejauh mana sih perilaku ABG saat ini ketika menjalani cinta monyetnya? Terdengar lucu ya saat melihat anak SMP berpasangan jalan di Mall sambil bergandeng tangan, kita para orang dewasa sering memandang remeh hal tersebut, dan bahkan menggumam “anak kecil aja gaya pake pacaran, sekolah dululah”. Pada enggak tau kan sebetulnya mereka, kebanyakan para perempuannya banyak berkorban untuk hubungan cinta monyet tersebut? Misalkan berkorban uang jajan, berkorban waktu, bersedia bolos hanya untuk melihat pacar monyetnya bertanding basket, atau berkorban pikiran yaitu mengerjakan pekerjaan rumah pacarnya dan lain sebagainya, dengan dalih itu kan pacarku jadi aku lakukan yang terbaik buat dia. So nice when heart it, tapi apa semua itu sudah waktunya mengingat usia anak-anak tersebut belum saatnya untuk berpacaran bahkan hingga mengorbankan sesuatu demi pacarnya monyetnya? Ini akan menjadi masalah lebih serius setelah salah satu dari anak-anak kita kepergok membawa majalah dewasa, membuka situs porno, atau bersms ria dengan bahasa yang cukup dewasa. Baru kita tersadar, ternyata pacaran anak-anak kita harus diawasi, sejauh mana mereka berperlakuan terhadap pacar monyetnya, terlebih bagi orang tua yang memiliki anak perempuan usia puber, harus lebih waspada. Berita yang muncul di televisi menjadikan peringatan bagi para orang tua, kasus gadis SMP di mainkan beramai-ramai dengan teman sekelas, lalu gadis usia 15 tahun hamil tanpa diketahui siapa suaminya dan masih banyak lagi kasus yang memprihatinkan dikalangan remaja putri kita diluaran sana. Tidak sedikit korban dari cinta monyet yang menjadikan remaja putri kita sudah menjadi janda sebelum menikah, maksud saya adalah mereka sudah melepas keperawanan di usia dini yaitu usia ABG usia SMP dengan pacar monyetnya. Seorang perempuan akan dikatakan janda ketika sudah menikah lalu bercerai, namun apa bedanya kalau belum menikah namun sudah melakukan hubungan intim apa masih dikatakan gadis? Tentu bukan, mereka sudah janda padahal belum menikah. Naudubillah. Pacaran tidak sehat yang terjadi dikalangan remaja kita tergolong tindakan kriminal dini, yang seharusnya bisa dicegah dan kalau memang sudah terlanjur hal itu bisa dilaporkan, namun kita juga akan mempertimbangkan perasaan remaja putri kita bagaimana mental dia. Mengingat sebuah perkosaan itu merupakan deleaduan, yang menjadikan rancu itu perkosaan atau dilakukan suka sama suka. Jika memang perkosaan maka harus dilaporkan dan tidak diterima laporannya ketika tidak ada pelaporan dari korban sedangkan korban menanggung rasa malu dan menganggap itu sebuah aib. Kalau bukan para orang tua yang mengkontrol dan memproteksi perilaku anak kita lalu siapa lagi? Jangan biarkan remaja putri kita menjadi janda sebelum menikah, selalu perhatikan perkembangan pergaulannya, tanpa menjadi remaja yang kuper, orang tua dapat mengarahkan pada banyak kegiatan untuk menyalurkan bakat putra-putri kita yang menghasilkan prestasi ketimbang membiarkan mereka berpacaran yang akibat tidak baik nantinya. Ini kewaspadaan yang memang harus kongkrit tindakannya. Seharusnya anak-anak kita mengenal pacaran pada usia setelah selesai menempuh pendidikan tingkat atas. Usia tersebut sudah mampu berfikir secara rasional dan mengimbangkan dengan perasaan. Namun tetap orang tua mempunyai andil penuh dan masukan yang mengarahkan anak pada kebaikan sesuai dengan latar belakang dan kepribadian anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar